Sejalur Sedulur

Sejalur Sedulur

Minggu, 29 Desember 2013

Mengenai BUSI dan Gejalanya

SELUK BELUK MENGENAI BUSI


Busi merupakan salah satu bagian mesin yang tidak bisa diremehkan. Busi termasuk nyawa dari mesin dimana jika tidak berfungsi dengan baik maka ruang bakar akan terkena imbasnya pembakaran tidak berjalan sempurna dan kerja mesin pun tidak optimal. Tidak banyak yang harus diamati, kita hanya perlu mengamati keramik elektroda dan kepala businya, sehingga kita dapat menyimpulkan apakah busi tersebut sehat atau tidak. Kondisi busi juga bisa menjadi alat pendeteksi kondisi fisik sebuah mesin.

Normal

photo 1
Pengapian dan pembakaran yang sempurna ditandai dengan warna coklat kemerahan atau abu-abu terang di keramik elektroda. Tidak ada penumpukan deposit, jelaga atau kerak di sekitar kepala busi dan bibir busi. Hal itu berarti kondisi mesin meliputi waktu pengapian dan penyetelan campuran udara dan bahan bakar dalam kondisi baik.

Hitam kering

photo 2
Warna tidak terlalu hitam dan kering menutupi insulator dan elektroda dapat diartikan sebagai campuran udara di karburator terlalu banyak. Dapat pula digambarkan sebagai waktu pengapian yang terlambat atau salah dalam pemilihan tipe busi. Busi dingin cepat melepaskan panas sedangkan jenis panas mengumpulkan dan menahan panas agar suhu pencetus api ini stabil.

Busi kuning

photo 3
Warna ini menonjol di bagian insulator atau terjadi penumpukan arang berwarna kecoklatan agak mengkilap. Kondisi ini disebabkan mesin sering menanggung beban berat atau sering melakukan akselerasi dan langsung menurunkan gas secara spontan. Namun penyebab utamanya karena sering memakai bahan bakar beroktan tinggi.

Busi putih

photo 4
Ini menandakan pencetus api kerap menerima panas berlebihm sehingga elektroda menjadi terbakar. Kondisi busi seperti ini biasa ditemui pada motor atau mobil yang dipakai di kota besar yang lalu lintasnya sering macet. Atau pada motor atau mobil yang sering digeber mesinnya. Bisa jadi, gejala ini terjadi karena waktu pengapian terlalu maju dan pemilihan tipe busi yang cenderung panas. Bisa juga terjadi karena adanya detonasi lantaran oktan bahan bakarnya terlalu rendah dan terjadi penumpukkan kerak.

Busi meleleh / patah

photo 5
Kondisi ini diakibatkan setting pengapian yang tidak tepat. Bisa juga karena oktan terlalu tinggi dan motor atau mobil dipacu dengan kecepatan tinggi, sehingga suhu di ruang bakar jadi overheating. Elektroda pun menjadi patah dan meleleh

Busi hitam beroli

photo 6
Pada motor 2 tak, kondisi seperti ini terjadi lantaran campuran oli mesiin terlalu kaya atau sela oli bocor. Sedangkan pada mobil atau motor 4 tak, penyebabnya seal katup atau katup mengalami kebocoran sehingga oli mesin ikut masuk saat proses pembakaran. Kondisi ini juga dapat terjadi karena liner silinder tergores, atau ring piston yang sudah aus atau patah.

Membaca kode busi

W24ES-U (denso)

W : Diameter ulir busi (W : 14 mm, X : 12mm, U : 10mm)
24 : tingkat panas busi, kalau nilainya semakin besar berarti bertipe lebih dingin
E : panjang ulir 19 mm
S : tipe penggunaan busi S-standar
U : konfigurasi gap busi

CPR 7 HSP-9 (NGK)

C : Diameter ulir busi (A : 18mm, B : 14mm, C : 10mm, D : 12mm)
P : type rancangan busi (hanya pabrikan yang tahu kode ini)
R : busi dengan resistor di dalamnya (untuk mesin dengan technology digital menggunakan busi tipe ini untuk menghindari terjadinya frekuensi yang dapat mengganggu pembacaan sensor digital)
“7” : tingkat panas busi. Kalau tambah kecil angkanya 6,5,4 disebut busi panas dan sebaliknya tambah besar angkanya 8,9 diklaim sebagai busi dingin
H : panjang ulir busi, ada tiga jenis kode huruf yang dipakai. Kalau H= 12,7 mm, E= 19 mm dan L= 11,2 mm
S : type elektroda tengah. Kode lain, ada IX artinya bahan iridium dan G menunjukkan tipe busi racing. Kalau P platinum dan S standar
“9” : celah inti elektroda busi, angka 9 artinya celah busi 0,9 mm dan kalau 10 celah busi 1 mm

Menggunakan busi panas atau busi dingin?

Dapat ditentukan akan memilih yang mana dengan mempeprhatikan beberapa factor di bawah ini :

Daerah tempat tinggal

Khusus daerah yang bersuhu dingin, seperti daerah pegunungan dan dataran tinggi, paling pas memakai busi panas. Sebab, pemakaian busi dingin akan mempercepat penumpukan kerak. Sedang, daerah panas seperti tepi laut atau metropolis, lebih baik memakai busi dingin. Untuk mencegah terjadinya pre ignition atau pembakaran dini.

Kapasitas mesin dan perbandingan kompresi

Perbandingan kompresi tinggi dan kapasitas mesin yang besar, sama menimbulkan panas. Logikanya mudah, semakin besar nilai kapasitas mesin atau kompresi mesin, panas yang dikandung juga semakin tinggi.

Kesimpulan

Maka, pemakaian busi yang sesuai dengan mesin bisa berdasarkan factor berikut :
  • Campuran bahan bakar dan udara
  • Perbandingan kompresi
  • Timing pengapian
  • Oktan BBM
  • Gaya pemakaian standar atau balap
  • Suhu daerah sekitar

Efek gap busi rapat atau renggang

Sering dialami oleh semua pengedara, akdang celah center elektroda busi mengalami perubahan, cenderung merapat atau kadang merenggang. Sesuai dengan tradisi, celah center elektroda busi kadang dibenahi sendiri oleh pengendara. Apa pengaruhnya bagi mesin mari kita lihat :

Gap rapat

Pengapian akan melemah atau kecil dan tak sesuai dengan pembakaran, itu sisi negatifnya. Tetapi keuntungannya, busi selalu memercikkan api di setiap peningkatan RPM mesin dengan kurva yang rapat.

Gap renggang

Kelemahannya, pengapian apada RPM dan kecepatan tinggi akan kacau, tetapi pengapian kuat dan pembakaran lebih sempurna itu terjadi pada RPM rendan dan menengah.


Workshop@home.myZuk:s 
  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar